Masa-Masa yang Hilang
Mereka bertanya tentang apa yang hilang dari kemanusiaan di
jaman ini. Aku ingin menjawabnya, banyak sekali jawaban yang akan aku utarakan
kepada mereka, menjelaskan tentang semua hal yang salah terjadi saat ini. Aku
ingin menjelaskan kepada mereka tentang semua suara yang tertahan saat ini di
bawah tanah.
Untuk beberapa saat, aku mengambil nafas panjang. Kulihat
mereka menatapku tajam, terlihat jelas bahwa mereka sangat menantikan jawaban
dariku. Melihat wajah mereka yang teduh, seketika lidahku terasa kelu. Sulit
sekali mencemarkan keindahan yang ada di dalam diri mereka dengan cerita buruk
yang akan aku sampaikan.
Satu nafas panjang lagi, aku hembuskan perlahan dan berat.
Mereka kembali menanyakan padaku tentang apa jawabanku. Aku mengangguk. Aku mengerti
bahwa pada akhirnya aku akan bercerita.
Dan ini lah aku mulai bercerita…
Kalian ingat, apa yang sangat menarik dari anak-anak kecil?
Saat mereka tertawa, berlari, bermain, dan berbahagia setiap saat. Mereka
berteman dengan alam dan sesamanya, mereka berbagi senyuman dengan bumi dan
malaikat. Saat ini, mereka tidak berlari dan tertawa. Mereka hanya
berputar-putar di lingkaran yang sama dengan yang dipaksakan untuk mereka
lihat. Tangan mereka menjadi menakutkan, mereka tidak tersenyum dengan sesamanya,
mereka memukul dan menyakiti, mereka mencela dan mencaci sesamanya. Dulu, aku
mengingat anak-anak kecil yang menyayangi teman-temannya seperti mereka
menyayangi kakak dan adiknya di rumah, saat ini mereka tidak lagi menyayangi
dengan cara yang sama, mereka menyayangi fisik sesamanya, mereka mengikatkan
diri satu sama lain dengan cara yang sama dengan yang dilakukan orang dewasa.
Mereka berbicara dan berkelakuan seolah-olah mereka adalah orang dewasa. Mereka
tidak lagi membuat embun pagi menyejukkan bunga-bunga.
Kalian ingat dengan remaja-remaja saat lampau? Mereka belajar
untuk berbagi, menjelajahi dunia dewasa yang segera akan menjadi dunia mereka.
Mereka berlari kencang menggapa hal-hal indah yang mereka rencanakan untuk masa
depan. Di jaman ini, remaja berkeliaran, saling menyakiti satu sama lain.
Remaja tidak berlarian mengejar cita-cita mereka, melainkan berlarian mengerjar
teman-teman mereka dan memukulnya, menyakitinya, dan membunuhnya. Mereka pikir,
mereka adalah raja dari semua kebenaran, semua hal diluar kebenaran mereka
adalah kesalahan. Mereka membentak orang tua mereka, menyekap orang tua mereka
hanya untuk membiarkan mereka ada di dunia tanpa batas tanpa garis penjaga.
Bagaimana dengan orang dewasa? Mereka semua tidak pernah
berhenti dan bernafas sejenak. Mereka berlomba demi uang, uang adalah
pencapaian hidup menurut mereka. Orang-orang dewasa itu menganggap segalanya
akan mereka dapatkan dengan uang. Mereka pergi dari subuh buta hingga malam
gelap menghampiri. Mereka tidak menikmati apapun selain uang. Mereka tidak
menginginkan keluarga yang bahagia, mereka tidak butuh bercerita dengan
anak-anak mereka. Mereka tidak menginginkan makanan-makanan hangat yang enak
tiap minggu pagi, mereka hanya makan uang, bercerita tentang uang, dan bersenda
gurau dengan uang. Mereka membiarkan para anak kecil menjadi jahat, karena
mereka pikir kebaikan hanya milik uang. Mereka membiarkan para remaja menjadi
kasar, karena mereka pikir kelembutan hanya tercipta dari uang. Mereka
melupakan banyak hal.
Lalu dengan para orang tua yang renta, mereka hidup di
keadaan yang menyedihkan. Mereka melewatkan semua kesempatan untuk membuat
dunia menjadi lebih baik. Saat mereka melihat anak kecil yang tersiksa, mereka
terlalu menikmati indahnya menjadi remaja. Saat mereka melihat remaja sadis
yang saling menyakiti, mereka terlalu menikmati uang. Saat mereka menjadi orang
dewasa dengan uang yang banyak, mereka terlalu lama menikmati hingga mereka
kaku dan di telan tanah.
Beginilah jaman ini memperlihatkan rupanya kepadaku. Aku akan
meminta maaf kepada kalian, yang terlalu lama menghilang sehingga kita semua
merindukan jaman yang lama. Saat semua hati adalah hati yang lapang, saat tawa
dan senyum adalah air di padang pasir, saat jiwa terisi dengan kasih sayang.
Aku juga merindukannya, sebanyak kalian.